Disuatu halaman rumah seorang Ibu berteriak-teriak minta agar anaknya yang sedang bermain menyudahi permainannya dan pergi mandi. Berulang-ulang ibu tersebut menyuruh anaknya,tapi si anak masik saja asyik dengan gundukan-gundukan tanah yang menyerupai gunung.
"Hasaaan.., dengar, kalau masih membangkang kIbu jewer kamu nanti" terdengar suara lantang Ibunya.
Dan akhirnya si Ibu pun menyeret anaknya yang meraung-raung masuk kedalam rumah. Hasan berusia 3 tahun kurang 1 bulan. sebetulnya ia anak yang cerdas, lincah dan lucu. setiap hari kerjaannya cuma membadut. pernah pada suatu ayahnya terpingkal-pingkal sampai kaca matanya jatuh. namun belakangan ini orang uanya dibuat jengkel oleh tingkah laku hasan, terutama Ibunya. Menurut Ibunya, Hasan sekarang bukan lagi Hasan yang dulu, yang manis dan penurut. Hasan sekarang sudah besar, sudah berani menentang orangtuanya. Ia tak pernah lagi mau mengambil sandal atau mengambilkan koran untuk ayahnya. Dia selalu menntang bila disuruh. Padahal dulu? Hasan adalah anak yang manis dan selalu bangga akan kemampuan dapat mmbantu orangtuanya.
Ibu Hasan sangat gelisah melihat perubahan tingkah anaknya ini.
- APA SEBABNYA IA SUKA MENNTANG ORANG?
Banyak ahli jiwa berpendapat bahwa anak yang berusia sekitar 3 tahun suka menntang kehndak orang lain. Hal ini disebabkan pada diri si anak telah mempunyai kemauan. seperti telah ketahui, bahwa perkembangan jiwa pada anak yang bgerusia 2-3 tahun dalam taraf mencoba. Ia seolah-olah mencobakan kemauannya. Tapi karena kurang pengalaman dan ia tak tahu apa yang dikehendaki, maka ia hanya berkehendak melawan kehendak orang lain.
- SIKAP YANG SALAH
Seprti pada kasus diatas, jlas bahwa si Ibu mengancam anaknya. Anak itu akan dijewer bila tidak mau mandi. Hal ini adalah suatu tindakan yang salah. Banyak Ibu-ibu, bersikap seperti Ibu Hasan, mereka mengancam, menaku-nakuti bahkan sampai memukul. Hal tersebut digunakan agar anaknya mau menuru. Dengan cara tersbut kemungkinan anak itu mau menurui juga kehendaknya (dalam dirinya), melainkan dari luar karena paksaan, takut dan sebagainya, sehingga perbuatan itu lahir dengan motif lain. Jadi perbuatan itu tidak semurni yang diharapkan. Tak terasa kita telah merintis anak pengecut. Hal diatas sangat berbahaya bagi perkembangan jiwa anak nantinya. Anda dapat membayangkan sendiri bagaimana bila seekor anak burung yang berkemauan untuk terbang seperti yang dilakukan oleh induknya, tetapi sekonyong-konyong ia jatuh dari sarangnya lalu datanglah anak kecil yang usil, dan dengan gembira hati anak kecil itu mencabuti bulu-bulu anak burung tersebut.
Akibatnya anak burung itu tidak bisa mengembangkan sayap dan kemampuannya. Bila hati ini dilakukan terus-mnerus, anda dapat membayangkan sendiri! Demikian juga perkembangan jiwa manusia. Anak tersebut kalau sudah besar akan jadi orang yang berpredikat "yesmen". Ia, selalu saja setuju dengan pendapat orang lain. Tak punya inisiatif sendiri, dalam pekerjaan tak maubekerja kalau tidak diperintah, takut salah, bahkan anak yang ditakut-takuti hanya agar mau menurut akan menjadi pengecut dan betul-betul seorang penakut. Ini berarti merusak jiwa.
- BAGAIMANA SEHARUSNYA SIKAP KITA?
Bila berhadapan dengan anak pembangkang kita dituntut untuk bersikap tenang dan wajar. Jangan sekali-kali bersikap keras mendikte. Berilah dia kepercayaan dan tanggung jawab agar ia merasa percaya pada dirinya. Sebab orang yang mengalami masa perkembangan jiwa merasa ragu-ragu dan gelisah. Pada kasus diatas sebaiknya si ibu jangan mengancam atau marah. Dengan tegas dan tenang misalnya : "Hasan Teruskan engkau bermain ibu kasih kesempatan sebentar tapi sesudah itu sebaiknya engkau mandi dulu."
Dengan begitu si anak tidak merasa terganggu permainannya dan kesenangannya. Bukankah semua manusia juga tidak mau diganggu? Dan sekaligus si anak belajar bertanggung jawab. Dia merasa bahwa masih ada pekerjaan lain yang cukup menyenangkan yakni mandi. Maka lepaslah pertentangan itu. Ibu bahagia anak piun senang.
Demikian, semoga bermanfaat! Amin Allahumma amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar